Adat Budaya batak Sembuh Dari Penyakit Yang Berat, Sembuh dari sakit penyakit khususnya sebelumnya yang bersangkutan di opname di rumah sakit dan waktunya agak lama, karena rasa syukur keluarga membuat upacara sederhana yang hadir adalah dalihan na tolu
Sipata di patupa do partangiangan molo malum sian parsahiton. Ulaon on hampir sarupa do tu ulaon namanuruk jabu/mangompoi jabu.
Adat Budaya batak Sembuh Dari Penyakit Tondong siontangon ima:
1. Dongan tubu – Adat Budaya batak Sembuh Dari Penyakit
Pertama Dongan tubu dalam suku Batak merujuk pada hubungan abang-adik atau saudara semarga. Dalam acara adat Batak, dongan tubu memiliki peran penting sebagai pelaksana. Jika ingin mengadakan upacara adat (ulaon adat), yang pertama harus melibatkan dongan tubu.
Secara harfiah, dongan tubu berarti teman lahir, yang artinya mereka lahir dari perut yang sama. Misalnya, dalam keluarga, hubungan antara kakak dan adik sangat erat. Namun, terkadang konflik dapat timbul, terutama terkait dengan harta warisan atau penerapan hukum adat dalam pembagian atau beban keluarga. Manat mardongan tubu adalah prinsip yang menekankan pentingnya menjaga hubungan ini agar tidak mudah renggang atau terjadi perselisihan. Oleh karena itu, setiap adat menjalankannya oleh abang dan/atau adik.
Selanjutnya Dalam pesta adat, suhut (tuan rumah) mengundang dongan tubu ke rumah dengan acara yang sesuai tahapannya. Ini termasuk manat mardongan tubu, di mana abang dan adik mendapat penghormatan dengan acara yang sakral. Keharmonisan hubungan ini menunjukkan nilai penghormatan yang tinggi dalam budaya Batak.
Jadi, dongan tubu adalah saudara satu marga, terutama dalam status yang terdekat seperti kakak atau adik. Kemudian Hubungan ini memainkan peran penting dalam menjaga keharmonisan dan menghormati tradisi adat Batak.
Baca Juga :
Adat Budaya Batak Malua Sian Pangkhangkhungi/Naik Sidi
Adat Budaya Batak Mangungkap/Mambungka Hombung
Adat Budaya Batak Mamungka Tujung
2. Boru/bere – Adat Budaya batak Sembuh Dari Penyakit
Jadi Adat Budaya batak Sembuh. Boru atau bere dalam suku Batak merujuk pada hubungan antara kakak dan adik perempuan. Mari kita jelajahi lebih lanjut:
- Boru (Anak Boru):
- Jadi Adat Budaya Boru adalah istilah yang penggunaannya untuk anak perempuan dalam keluarga Batak.
- Anak Boru adalah anak kandung perempuan dari saudara perempuan (kakak perempuan atau adik perempuan).
- Dalam hal adat Batak, anak boru memiliki peran penting. Mereka mendapat penghormatan dan sebagai bagian integral dari keluarga.
- Kemudian Anak boru memiliki tanggung jawab untuk melayani, menjaga, melindungi, dan membela mertua.
- Dalam konteks pernikahan, jika seseorang ingin menjadi menantu lelaki, dia sebagai anak beru (atau anak boru dalam beberapa dialek Batak). Ini berarti dia berada dalam posisi di bawah dan harus siap untuk memenuhi tanggung jawab terhadap mertua.
- Mertua sebagai posisi yang lebih berkuasa dan terhormat dalam adat Batak, bukan sebaliknya.
- Pemberian puteri Batak pada pihak laki-laki yang menerima adalah pernyataan tunduk dari pihak laki-laki, bukan sebaliknya. Puteri perempuan dalam adat Batak tidak pernah menjadi persembahan sebagai pengakuan atas kedaulatan yang menikahinya.
- Bere (Anak Beru):
- Bere adalah istilah lain dalam beberapa dialek Batak (seperti Toba, Simalungun, Mandailing, Angkola) untuk merujuk pada semua anak (laki-laki atau perempuan) dari saudara perempuan (kakak perempuan atau adik perempuan).
- Anak beru juga berada dalam posisi yang harus siap untuk melayani, menjaga, melindungi, dan membela mertua.
- Dalam adat Batak, mertua memiliki peran spiritual yang sangat tinggi dan dalam anggapan sebagai “Tuhan” yang kelihatan atau setidaknya wakil terdekat Tuhan.
Jadi, baik boru maupun bere memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan dan menghormati tradisi adat Batak. ?? Arti dan Posisi Anak Boru/Anak Beru Dalam Masyarakat Etnis Batak ; Istilah Kekerabatan dalam Suku Bangsa Batak – Batasnesia.com
3. Dongan sahuta/ale-ale – Adat Budaya batak Sembuh Dari Penyakit
Adat Budaya batak Sembuh. Jadi Dongan Sahuta dalam budaya Batak memiliki makna yang mendalam dan melambangkan persatuan serta semangat gotong royong. Secara harfiah, Dongan Sahuta berarti “saling mengenal dan mengakui satu sama lain.” Namun, di balik frasa ini terdapat nilai-nilai yang lebih kompleks:
- Peran Dongan Sahuta dalam Budaya Batak Toba:
- Dongan Sahuta adalah landasan dalam membangun hubungan persaudaraan, gotong royong, dan saling tolong-menolong dalam masyarakat Batak Toba.
- Konsep ini memperkuat persatuan dan kebersamaan, serta membantu mengatasi berbagai tantangan dalam masyarakat.
- Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Arti Dongan Sahuta:
- Saling Menghargai: Frase ini mencerminkan semangat saling menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan.
- Toleransi dan Menghormati Perbedaan: Namun Budaya Batak memiliki banyak sub-etnis (seperti Toba, Karo, Simalungun, dan Mandailing), dan setiap sub-etnis memiliki tradisi dan adat istiadat yang berbeda. Meskipun berbeda, masyarakat Batak menghargai dan menerima perbedaan tersebut sebagai unsur kekayaan budaya mereka.
- Relevansi dalam Era Digital: Dalam era digital, Dongan Sahuta juga memiliki relevansi dalam upaya bersatu dan menyuarakan keluhuran budaya Batak. Komunitas online dan platform media sosial memanfaatkan frase ini sebagai semacam slogan untuk mengingatkan masyarakat Batak agar tetap berpegang teguh pada nilai-nilai adiluhung mereka1.
Jadi, Dongan Sahuta adalah lebih dari sekadar frasa; ia adalah bagian integral dari identitas dan semangat persatuan masyarakat Batak. ??
Baca Juga :
4. Hula-hula – Adat Budaya batak Sembuh Dari Penyakit
Selanjutnya dalam Adat Budaya batak Sembuh, Hula-hula dalam adat Batak merupakan posisi keluarga laki-laki dari pihak perempuan—ibu ataupun istri. Posisi ini juga lazim dalam sebutan tunggane (ipar) bagi suami atau tulang (paman) bagi anak.
Dalam sistem kekerabatan Batak Toba, terdapat konsep sebagai Dalihan Na Tolu (DNT). DNT terdiri dari tiga kelompok sistem kekerabatan, yaitu:
- Hula-hula:
- Jadi Hula-hula adalah keluarga dari pihak istri.
- Mereka mencakup keluarga dari pihak ibu atau mertua, serta semua saudara-saudari dari pihak istri.
- Dalam pandangan hidup Batak Toba, hula-hula memiliki peran penting dan hormat hingga generasi sekarang.
- Ketika ada kesulitan atau duka, masyarakat Batak Toba memohon berkat kepada hula-hula, terutama berkat untuk memiliki keturunan23.
- Dongan Sabutuha:
- Jadi Dongan Sabutuha adalah teman satu marga (klan).
- Mereka merupakan bagian dari kelompok DNT yang juga memiliki peran dalam menjaga keharmonisan dan persatuan masyarakat Batak Toba.
- Boru:
- Jadi Boru adalah keluarga dari pihak menantu lelaki.
- Dalam konteks pernikahan, jika seseorang ingin menjadi menantu lelaki, dia sebagai boru (atau anak boru dalam beberapa dialek Batak)2.
Hula-hula juga terkait dengan tradisi mangulosi, di mana mereka yang dituakan dalam adat Batak memberikan kain tenun khas Batak yaitu ulos. Kain ulos memiliki makna perlindungan dari segala cuaca dan keadaan3. Dalam DNT, ungkapan somba marhula-hula mengandung penghayatan bahwa Debata Batara Guru adalah sumber kekuatan adikodrati, kehidupan, berkat, kebahagiaan, dan tempat meminta nasihat2.
Jadi, hula-hula adalah bagian integral dari sistem kekerabatan Batak Toba yang mengajarkan nilai-nilai penghormatan dan persatuan. ??
Baca Juga :
Masalah RSS: A feed could not be found at `https://www.tanyajawab.pardomuansitanggang.com/`; the status code is `200` and content-type is `text/html; charset=utf-8`
5. Tulang
Nang pe so pola sahat tu tulang ontanganna tong do uli.
Dalam budaya Batak Toba, terdapat beragam panggilan yang mencerminkan hubungan keluarga dan hierarki sosial. Mari kita jelajahi beberapa panggilan dalam masyarakat Batak Toba:
- Opung Doli atau Opung Boru:
- Opung doli adalah sebutan untuk kakek kita, sedangkan opung boru adalah sebutan untuk nenek kita.
- Amang atau Inang:
- Amang adalah sebutan untuk ayah kita, dan inang adalah sebutan untuk ibu kita.
- Orang tua secara kolektif, bukan individual, kita memanggil mereka dengan sebutan natoras atau natua-tua.
- Amangtua atau Inangtua:
- Panggilan ini memiliki makna yang sama dengan pakde dan bude dalam adat Jawa.
- Dari sudut pandang keluarga ayah, amangtua adalah sebutan untuk kakak laki-laki ayah.
- Inangtua adalah sebutan untuk istri dari amangtua kita.
- Sebaliknya, jika dari sudut pandang keluarga ibu, inangtua adalah sebutan untuk kakak perempuan dari ibu kita, dan suaminya kita panggil dengan sebutan amangtua.
- Amangboru atau Namboru:
- Namboru (atau lebih sering dengan sebutan bou) adalah sebutan untuk saudara perempuan dari ayah kita.
- Amanguda atau Inanguda:
- Panggilan ini memiliki arti sebaliknya dari amangtua dan inangtua.
- Dilihat dari sudut pandang keluarga ayah, amanguda merujuk kepada adik laki-laki dari ayah kita, dan istrinya disebut dengan inanguda.
- Jika dilihat dari sudut pandang keluarga ibu, inanguda adalah sebutan untuk adik perempuan dari ibu kita, dan semuanya disebut dengan amanguda.
- Tulang atau Nantulang:
- Tulang adalah panggilan untuk paman atau saudara laki-laki kandung dari ibu kita.
- Panggilan ini juga berlaku untuk laki-laki yang semarga dengan ibu kita yang urutan keturunannya setingkat dengan ibu kita.
- Selain itu, tulang juga dapat digunakan untuk memanggil anak laki-laki dari saudara laki-laki nenek kita.
Sumber : Memahami Beragam Panggilan dalam Masyarakat Batak Toba : Panggilan untuk Orang yang Lebih Tua Dalam Bahasa Batak Toba 3: TULANG DO SITOPAK PARSAMBUBUAN – BatakPedia
Molo na niontang tu ulaon di jabu olat ni hula-hula niba
Molo na niontang tu ulaon di jabu olat ni hula-hulaniba, ndang pola mardalan pisopiso dohot pasituak na tonggi. Alai molo sahat do niontang tulang, ingkon pasahaton do pisopiso dohot pasituak na tonggi tu tulang/hulahula nang dohot uduranna andorang so mangampu hata pasu gabe.
Parjolo ma diulahon pangupaon, songonon ma udutan na:
Natoras/haha/ompung (molo tung pe sahalak na pasahathon sian nasida nauli do) Hulahula
Tulang
Ragam ni sipasahaton di pangupaon tong do sarupa ima:
Dengke
Ulos
Parbue gabe
Molo tung sada pe dipasahat sian na tolu ragam on tong do denggan. Dung sidung mangupa diudutima marsipanganon, alai jolo dipasahat ma tudutudu ni sipanganon tu hulahula. Na mamilang tangiang laho marsipanganon sian parboru, jala na mangujungi sian hulahula. Sidung marsipanganon diuduti ma tu na marbagi jambar, diuduti muse pasahathon hata pasu gabe tu na malum sian parsahiton i.
Baca Juga :
Adong do dua cara laho pasahathon hata pasu gabe di ulaon si songon on, ima: Cara parjolo:
Parjolo Mandok hata Boru/bere
Baru Mandok hata dongan sahuta/ale-ale
Dungi Mandok hata dongan tubu
Lanjut ma muse Mandok hata Tulang
Mandok hata Hulahula
Mangampu suhut:
Boru
Haha/anggi
Hasuhuton bolon
Cara paduahon:
Mandok hata pasu gabe Tulang dohot uduranna
Mandok hata pasu gabe hulahula dohot uduranna
Mangampu pihak pamoruon :
Dongan sahuta/ale-ale
Boru/bere
Dongan tubu
Mangampu ma hasuhuton :
Boru
Haha/anggi
Hasuhuton bolon
Biasa angka piga-piga punguan adong di pasahat bantuan berupa hepeng dibagasan
amplop berdasarhon Anggaran Dasar dohot Anggaran Ruma Tangga ni Punguan i. Dung sidung sude na pashat hata pasu gabe, dipasahat ma muse tu hulahula laho mangujungi dohot ende/tangiang.
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan. Trimakasi