TEORI BELAJAR PAVLOV

 Eksperimen Pavlov di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan anjing. Dalam percobaan tersebut, ia menemukan bahwa anjing, sebagai subyek penelitiannya, akan mengeluarkan air liur

ketika melihat makanan. Selanjutnya, ia mengembangkan dan mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan studi perilaku (behavior study) yang dikondisikan, yang kemudian dikenal dengan Classical
Conditioning. Hasil karya ini sampai menghantarkannya menerima hadiah Nobel pada tahun 1904. Teori itu kemudian menjadi landasan perkembangan aliran psikologi behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan teori-teori tentang belajar .




KOMPONEN DASAR DAN EKSPERIMEN PAVLOV

Terdapat empat komponen dasar yang membangun Teori Kondisioning Pavlov, yaitu:
1. stimulus tidak terkondisi (UCS)
2. respon tidak terkondisi (UCR)
3. stimulus terkondisi (CS)
4. respon terkondisi (CR)

Pavlov sendiri, menurut Bower, sesungguhnya menggunakan kata unconditioned reflex dan conditioned reflex sebagaimana diindikasikan dalam dua bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Conditioned keluarnya air liur oleh metronome disebut conditioned response. Proses untuk membuat anjing memberikan respon terkondisi tadi disebut conditioning.



FENOMENA YANG TERLIHAT DARI EKSPERIMEN PAVLOV

1. Acquisition
Membuat pasangan netral stimuli dengan unconditioned stimuli berulang-ulang hingga muncul conditioned response.
2. Extinction
Setelah respons itu terbentuk, maka respons itu akan tetap ada selama masih diberikan conditioned stimuli dan dipasangkan dengan unconditioned stimuli. Kalau conditioned stimuli diberikan untuk beberapa lama, maka conditioned response tidak mempunyai penguat / reinforcer dan besar kemungkinan conditioned response itu akan menurun jumlah pemunculannya dan akan semakin sering tak terlihat seperti penelitian sebelumnya. Peristiwa itulah yang disebut dengan pemadaman (extinction). Conditioned response akan hilang secara perlahan-lahan atau hilang sama sekali untuk selamanya.
3. Generalisasi
Ternyata conditioned response ini juga dapat dikenakan pada kejadian lain, namun situasinya yang mirip. Inilah yang dikenal dengan generalisasi stimulus atau generalisasi. Misalnya, pemuda yang mencintai seorang gadis, dan ia merasa bahagia jika bertemu dengan gadis tersebut. Pada saat ia mengetahui bahwa gadis yang dicintainya menyukai warna pink, maka ia akan merasa bahagia ketika menjumpai benda-benda apa saja yang berwarna pink.
4. Diskriminasi
Bila suatu makhluk mengadakan generalisasi (menyamaratakan), maka ia juga akan dapat melakukan diskriminasi atau pembedaan. Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui penguatan dan pemadaman yang selektif. Dalam mau dicukur rambutnya karena takut dengan suara alat cukur atau gunting. Untuk mengganti perasaan takut ketika dipotong, maka setiap dipotong rambutnya anak diberi gula-gula kesukaannya atau diputarkan film kartun kesayangannya. Sehingga ketika itu dilakukan terus-menerus akan muncul respons tidak takut dengan alat-alat cukur rambut.




BEBERAPA CONTOH PERILAKU TERKONDISI MENURUT TEORI PAVLOV
1. Beberapa perilaku pobia misalnya ketika seorang pengacara di sebuah Firma Hukum, mempunyai perilaku phobia terhadap (kegelapan) malam. Ia menyusun jadwalnya sedemikian rupa sehingga pada saat menjelang malam ia sudah berada di apartemennya. Ia juga selalu menolak diajak keluar malam. Penyebabnya, pada suatu malam, ketika sedang berjalan sendirian, ia pernah diserang seorang laki- laki yang tidak dikenal.

2. Orang takut naik pesawat terbang karena sebelumnya, ketika naik pesawat ia pernah mengalami gerakan memutar dan gerakan naik dan turun secara drastis  yang menimbulkan rasa sakit.

3. Seseorang menjadi lapar ketika berada di dapur atau melihat kulkas.
4.Merasa muak kepada sejenis makanan yang pernah membuat kita sakit.
5. Menjadi haus dalam permainan bola karena kita pernah minum di latar setting yang sama.
6. Bangkitnya gairah seksual saat makan malam di bawah remang cahaya lilin, karena dalam pengalaman sebelumnya kita pernah melakukan aktivitas seks sebelum makan dalam suasana yang sama.
7. Menundukkan kepala ketika melewati tangga menuju lantai dasar, karena kita pernah terbentur tangga itu.

SELANJUTNYA..... 

0 Komentar

Silahkan berkomentar dengan sopan. Trimakasi

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan sopan. Trimakasi

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama